Oleh : DR. Ir. Dede Farhan Aulawi,MM,CHT
"Ruang
lingkup dunia intelijen sesungguhnya sangat menarik, disamping wilayah
cakupannya yang luas juga sifatnya menantang. Ada dinamika perkembangan yang
seringkali dipengaruhi oleh kondisi lapangan, sehingga diperlukan kemampuan
improvisasi sesuai keperluan. Dalam praktek empirik fenomena ini sering
dilakukan di panggung hiburan, yang dikenal dengan istilah ilmu peran (akting).
Totalitas kinerja intelijen secara umum akan dipengaruhi oleh kualitas SDM-nya
(Humint) dan Teknologi-nya, seperti penggunaan Kecerdasan Buatan (AI), Big
Data, robotika, Internet of Things, dan blockchain. Inilah yang akan menjadi
tantangan masa depan dunia intelijen (the Future Challenges of Intelligence
Organizations). Di samping itu semua, ada satu hal yang tidak boleh dilupakan
khususnya bagi para agen intelijen, yaitu kemampuan dalam membaca dan
menganalisa bahasa tubuh atau nonverbal communication," ujar Pemerhati
Intelijen Dede Farhan Aulawi di Bandung, Minggu (11/6).
Hal
tersebut ia sampaikan diskusi “Tantangan Masa Depan Dunia Intelijen’ dari
perspektif pemenuhan kompetensi SDM Intelijen dan juga pemanfaatan teknologi
modern di dunia intelijen yang diselenggarakan oleh International Smart
Intelligence Network (ISIN). Dalam konteks teknologi misalnya, INTEGRATED INTELEGENCE SYSTEM yang mana merupakan sistem intelejen / kecerdasan
terpadu yang biasanya ada di dalam command central badan intelejen yang menjadi
alat untuk menejemen segala kegiatan intelijen, DATA MINING AND KNOWLEDGE
MANAGEMENT merupakan pusat data dan ilmu pengetahuan sebagai bank data dan
informasi intelijen, BACK END MONITORING CENTER sebagai Pusat pengendalian dan
monitoring kegiatan intelejen, RECORD DATA PANGGILAN (RDP) sebagai alat perekam
panggilan, dan SPYDER SYSTEM (INTERNET INTERCEPT) yang merupakan sistem
jaringan kecepatan tinggi untuk melakukan decoding dan penyadapan.
Secara singkat menjelaskan tentang Kemampuan Membaca dan Menganalisa Bahasa Tubuh (Ekspresi wajah dan Gestur), atau dalam istilah lain sering disebut Keterampilan Nonverbal Communication. Menurutnya, salah satu kemampuan dasar agen intelijen adalah ‘KEMAMPUAN UNTUK MENGAMATI’ dan ‘KEMAMPUAN UNTUK MEYAKINKAN’, baik saat melakukan penyelidikan, pengamanan maupun penggalangan. Secara spesifik misalnya saat melakukan elisitasi, observasi (pengamatan), penjejakan (surveillance), pembuntutan (tailing), penyusupan (penetration : white, grey, black), dan penyurupan (surreption entry).
Kemampuan Membaca Bahasa Tubuh (Body Language) atau Non Verbal Communication menjadi sangat penting, seperti Facial expressions, Gestures, Paralinguistics (such as loudness or tone of voice), Proxemics or personal space, Eye gaze, haptics (touch), Appearance, dan Artifacts (objects and images). Misalnya, dalam mendalami analisa tentang Facial Expression, paling tidak diasumsikan sudah dianggap memahami kerangka dasar dari Fisiognomi atau Face Reading. Fisiognomi adalah ilmu dasar dalam membaca wajah untuk mengetahui kepribadian seseorang. Di negara China keterampilan dalam membaca wajah ini dikenal dengan istilah Xian Mian. Kemampuan ini terus berkembang dan banyak dipelajari serta diterapkan dalam berbagai bidang, salah satunya di dunia intelijen.
Terkait dengan Body Gesture yang dalam prakteknya menjadi
satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari kemampuan membaca bahasa tubuh
seseorang atau sekelompok orang. Gesture adalah bahasa non-verbal yang
disampaikan melalui gerakan tubuh, atau sering juga disebut dengan istilah
komunikasi kinesik. Gesture adalah salah satu bentuk komunikasi nonverbal yang
tidak bisa dipisahkan dalam kegiatan intelijen ataupun kontra intelijen.
Implementasinya disesuaikan dengan tujuan dan kondisi di lapangan.
Implementasinya diterapkan dengan cara mengamati ekspresi wajahnya, gerakan matanya,
gerakan bibirnya, gerak-geriknya umum lainnya, posisi tangan dan kakinya, serta
postur tubuhnya. Termasuk menjelaskan tentang kemampuan Paralinguistik.
Kemampuan paralinguistik yang awalnya dikembangkan oleh George L. Trager.
Paralinguistik merupakan ilmu yang mempelajari mengenai vokalisasi, nada dan
intonasi, seperti membesarkan atau mengecilkan suara. Paralinguistik tidak
hanya mengetahui suara seseorang ketika berbicara, namun juga dapat mengetahui
keadaan emosi seseoranag melalui nada vokalnya. Ada beberapa isyarat vokal yang
dapat di simak oleh pendengarnya, antara lain tingkat suara atau intonasi suara
dan kecepatan berbicara. Dengan adanya paralinguistik, dapat menambah informasi
tentang keadaan emosi, pikiran dan sikap seseorang. selain itu, paralinguistik
juga dapat menunjukkan makna yang disampaikan oleh pembicara,
Lebih
lanjut,bagaimana menguraikan tentang kemampuan membaca kontak mata (eye contact)
yang merupakan salah satu bentuk komunikasi nonverbal yang disebut okulesik dan
memiliki pengaruh yang besar dalam perilaku sosial. Melalui kontak mata,
seseorang dapat mengetahui apakah lawan bicara memperhatikannya, dan apakah
lawan bicara setuju dengan pembicaraannya, sehingga bisa diketahui apakah
pembicaraan saat itu perlu dilanjutkan atau tidak. Ukuran pupil seseorang dapat
menunjukkan banyak hal tentang keadaan seseorang saat itu, baik perasaan,
emosi, pendirian, dan suasana hati sering merangsang sistem saraf simpatetik
dan menyebabkan membesarnya ukuran pupil. Dalam situasi tertentu, respon ukuran
pupil terhadap ancaman atau ketakutan, sering disebut fight or flight response
(respon melawan atau lari). Dalam beberapa budaya, misalnya Asia Timur,
melakukan kontak mata terhadap orang kadangkala dianggap tidak sopan dan
agresif, sedangkan di Amerika Serikat dan Eropa, justru menghindari kontak mata
yang dianggap tidak sopan dan menunjukkan bahwa orang yang menghindari kontak
mata tersebut tidak dapat dipercaya. Hal ini sering menimbulkan kesalahpahaman
antara orang-orang dari kedua budaya tersebut.
“
Seluruh agen intelijen harus bisa membaca dan menganalisa secara cermat tentang
bahasa tubuh ini. Tidak semata – mata dengan tujuan dituangkan menjadi produk
intelijen saja, melainkan juga dalam praktek di lapangan bisa melakukan
pengamatan terhadap potensi ancaman yang muncul. Apakah kita harus tetap
‘MELANGKAH’, ‘BERHENTI SEJENAK’, atau ‘MUNDUR BEBERAPA LANGKAH’ sangat
tergantung situasi lapangan yang dipengaruhi oleh kemampuannya dalam membaca
lingkungan secara keseluruhan, termasuk variabel – variabel perilaku dari
pengamatan bahasa tubuh,"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar