Jumat, 24 Mei 2019

Ksatria Pilih Tanding




Kota Solo salah satu jantung pusat budaya jawa yang dikelilingi oleh daerah – daerah situs sakral peninggalan kerajaan – kerajaan besar sekitar 20 KM dari kota solo ada makam Prabu Sri Makurung Handayaningrat di Boyolali yang menikahi Ratu Pembayun Putri Prabu Brawijaya V yang melahirkan 2 putra dan 1 putri dan memiliki cucu Mas Karebet ( Jaka Tingkir ) kelak sebagai Raja Pajang, 130 KM dari kota solo menuju timur merupakan kabupaten Demak dahulu berdiri kerjaaan Demak Bintoro merupakan kerajaan yang menggantikan Imperium Majapahit dimana Raja pertama merupakan anak Brawijaya V yang diasuh oleh pihak ibu dari Palembang besaudara tiri dengan Ratu Pembayun ( satu bapak ). Jauh ke 6 abad sebelum Majapahit berdiri di Boyolali berdiri Kerajaan Kalingga di kota Sima ( simo ) Boyolali. Solo merupakan kota pewaris budaya jawa terkuat selain Yogyakarta ( satu kerabat keturunan Mataram Islam yang didirikan Panembahan Senopati ), Kraton surakarta adalah kraton perpindahan dari Mataram Yogyakarta  Kota Gede, sebelum ke Surakarta Mataram berada di Plered ( Amangkurat I ) yang akhirnya masa Amangkurat II pindah ke Kartasura, hingga akhirnya ke Surakarta saat PB II dan terpecah lagi menjadi Ngayogyakarta dan Mangkunegaran, semua terjadi karena adanya perebutan tahta. Namun sesuai prophecy Sunan Kalijaga kepada Sultan Hadiwijaya ( Joko Tingkir ) bahwa kelak keturunan mu lah yang akan langgeng sebagai penguasa Tanah Jawa ( Sultan Agung merupakan cucu Panembahan Senopati merupakan keturunan Pajang dari Ibu ) , penguaasaan atas tanah jawa akan langgeng bila ada keturunan Bukit Tugel / Wates ( Boyolali ) yang kamu lindungi dan tidak kamu tindas karena secara garis darah “Bloodline” seluruh penguasa tanah jawa sebelum Mataram merupakan abdi setia keturunan Bukit tersebut Sunan Kali Jaga hanya mengatakan keturunan tersebut adalah Raja Tanpa Mahkota dan bersimbol khusus dengan tulisan di puncak bukit “ Sembahlah Aku Yang Tunggal “.  Keturunan ini pernah disebut dalam kronikel Belanda sebagai De Orde Van Java Leeuw  yang memliki simbol sangat ditakuti oleh kerajaan – kerajaan eropa , konon Napoleon Bonaparte sempat ingin berziarah mendengar adanya makam tersebut. Salah satu Bloodline dari Bukit tersebut adalah Ki Yudho Prayitno Guru maupun senior politik Soekarno selain HOS. Cokroaminoto , dan Ki Yudho Prayitno lah yang mengajari Soekarno tentang politik internasional dan Ki Yudho lah sebelum rombongan Mohammad Hatta tiba di Belanda sudah mengatur nya dengan Ratu Belanda. Dan Ki Yudho menunjukan gambar Simbol yang berada di makam tersebut dihadapan Ratu Elizabeth dan Raja Spanyol bersama seorang wanita keturunan bangsawan Jerman dan Rusia bahwa ia merupakan salah satu keturunannya,  bahkan keluarga besar Rostchild sangat menghormati Ki Yudho termasuk Madame Petronova Helena Blavetsky(keturunan bangsawan Van Onh ( Germania ) dan Pangeran Valesich Dolgorukov cucu Kaisar Rusia ke 4 Tsar ,memliki suami wakil Gubernur Provinsi Erifian wilayah Rusia bernama blavetsky diambil dari nama suaminya yang merupakan keturunan Israel Samaria ,perwakilan Penjaga Darah Murni di wilayah Asia Pasifik )  juga Tutor soekarno saat perundingan Linggar Jati.  Madame Blavetsky lah yang memperkenalkan Ki Yudho Prayitno kepada para bangsawan elit eropa bahwa yang dia bawa merupakan Bloodline yang tidak ingin tampil dalam politik indonesia namun setidaknya keturunan ini benar – benar ada serta dapat mengikat wangsa – wangsa eropa dan israel serta penanda dari Jerusalem dan Arab keturunan Ibrahim  yang sah suatu saat kelak.
Kembali ke Kota Solo pada tahun 2005 tepatnya sebelum bulan Juli kota solo masih dipimpin oleh Slamet Suryanto sebagai Walikota dan setelah Pilkada Walikota Solo dipimpin oleh Joko Widodo bahkan hingga dua periode dimana sebelum masa jabatanya Joko Widodo berlaga untuk menjadi Gubernur DKI Jakarta berpasangan dengan Basuki Tjahya Purnama dan menang, dan saat Pilpres 2014 sebelum masa jabatanya habis Jokowi Widodo diberikan mandat lagi oleh partai nya Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dibawah Kepemimpinan Megawati Soekarno Putri , yang akhirnya memenangkan Pemilu Presiden 2014 sebagai Presiden Ke -7 Republik Indonesia, selama masa kepemimpinanya Joko Widodo menggenjot Infrastruktur karena untuk mempercepat proses pembangunan ekonomi yang merata khususnya wilyah Indonesia Timur, Joko Widodo atau biasa dipanggil Jokowi dicemooh oleh kelompok oposisi sebagai Presiden penghambur dana untuk Infrastruktur ( Infrastruktur akan terasa manfaatnya setelah 3 tahun lebih ) dan terbukti penghematan waktu menjadi efisien.  2019 Jokowi kembali tampil dalam laga demokrasi terbesar sepanjang sejarah indonesia dimana selain Pilpres juga diselenggarakan Pileg secara serentak dengan lawan yang sama saat 2014 yakni Prabowo Subianto, ini merupakan momen demokrasi dimana berita – berita hoax dan simbol – simbol negara dilecehkan oleh pihak pendukung oposisi digunakan serta makin derasnya politik identitas ( ingin mengulang Pilkada 2014 dimana politik identitas digunakan ). Hasil dari Komisi Pemilihan Umum memenangkan kembali Jokowi sebagai pemenang Pemilu Presiden dan Prabowo menggugat hasil Pilpres ke Mahkamah Konstitusi ( MK ) De Ja Vu 2014 .
Presiden Joko Widodo menerima tamu tukang becak di istana saat open house Idul Fitri

Bila melihat Jokowi maka sosok Tukang Kayu ini ( Pengusaha Mebel dari kelas bawah hingga meningkat ) merupakan pribadi yang bekerja keras, bukan dari keturunan pejabat , yang pernah  tinggal dipinggir kali bengawan solo bahkan digusur, jatuh bangun dalam usahanya, dan saat di tahun 2005 terpanggil untuk membangun kota solo sebagai walikota dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Partai yang dipimpin Anak Bung Karno Megawati Soekarno Putri  terasa cocok bagi diri Jokowi yang merasa dari wong cilik dan melihat sosok Soekarno sebagai Penyambung Lidah Rakyat Indonesia.
Bila melihat garis keturunan kedua calon presiden, Prabowo Subianto merupakan anak Begawan Ekonomi dan mantu Presiden RI kedua Soeharto , Kakek Buyut Prabowo Subianto merupakan Raden Tumenggung Banyakwide dan Tumenggung Mangkuprojo ( Patih PB II pemerintahan Kartasura ) merupakan garis keturunan Adipati Banyumas Adipati Mrapat saat masa Pemerintahan Pajang, bila dilihat maka darah bangsawan begitu melekat dari pihak ayah Prabwo Subianto sebagai keturunan Pejabat Tinggi dari jaman kerajaan maka wajar Prabowo merasa unggul selain menyandang Jenderal Bintang Tiga  Purnawirawan.


Sedangkan Jokowi anak ndeso dari Boyolali yang karena keuletan meraih sukses sebagai pengusaha mebel dan terpanggil terjun ke politik karena melihat sosok Soekarno ( Dibelakang Meja Kerja Jokowi saat menjadi Walikota Solo terpampang Gambar Soekarno dan ruang tamu). Jokowi garis keturunan bangsawan darimana kedua orang tuanya kakek nenek dari ayah dan ibunya juga hanya orang biasa. Orang Biasa ?????? , Jokowi lahir di Boyolali ya Boyolali kalah pamor oleh kota solo karena kraton keturunan dinasti mataram di kota solo, meskipun jokowi menjadi penguasa kota solo secara struktur politik modern namun ada penguasa budaya yakni Kraton Surakarta Hadiningrat dan Pura Mangkunegaran sama- sama keturunan Dinasti Mataram Islam, lalu dimana letak kehebatan Jokowi yang hanya seorang Tukang Kayu Pengusaha Mebel, zaman dahulu Raja – raja Jawa memiliki banyak istri ( selir ) baik dalam kraton maupun luar kraton yang disembunyikan terlebih bila terjadi pergolakan di istana saat perebutan tahta banyak Pangeran – pangeran yang diungsikan atau disembunyikan rahasianya namanya agar tidak menjadi korban intrik kekuasaan tahta. Dan Boyolali merupakan tempat pertama kali Kerajaan Demak terganggu stabilitas keberadaanya selaku penerus Majapahit dengan agama islam sebagai penopangnya dan para wali dibelakangnya, mengapa Boyolali karena disana ada keturunan Brawijaya V juga yang merupakan Keponakan Sultan Demak sendiri anak dari Prabu Sri Makurung Handayaningrat  dan Ratu Pembayun ( Adik Tirinya lain ibu ), Dan Kelak keturunan Pengginglah yang menggantikan Demak hingga Mataram sampai sekarang di Abad 21. Dan Jokowi merupakan asli Putra Boyolali, hanya keturunan Raja yang dapat menjadi Raja meskipun lahir dari seorang anak Petani,Nelayan,Tukang Becak, Pemulung sekalipun, dan Jokowi lahir tidak jauh dari Bukit yang di sakralkan oleh seluruh Dinasti Penguasa Tanah Jawa . Dan Jokowi dari Walikota, Gubernur, hingga Presiden merupakan Ksatria Pilih Tanding bersama Perwira Utamanya. Rapatkan barisan Menuju Indonesia Emas, Satu Atau Dua Kita Tetap Saudara Sebangsa Setanah Air dalam naungan Panji Pancasila./ Bimo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kemenko Polkam Kawal Finalisasi RAPPP 2025–2029 untuk Percepatan Pembangunan Papua

SIARAN PERS NO. 157/SP/HM.01.02/POLKAM/7/2025 Polkam, Jakarta — Kementerian Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Kemenko Polkam) melalui...