Jika kita masih berfikir bahwa
Gubernur Jendral Daendels membangun jalan baru di pantai Utara Jawa tentu kita
salah.
Jauh sebelum Daendels membangun
jalan raya pos yang terkenal itu, jalan Pantai Utara Jawa Tengah sudah ada pada
Kerajaan Mataram dan sudah berbentuk jalan yang rapi untuk ukuran Mataram
Islam.
Lalu pada tahun 1808, Daendels
membangun jalan yang kita kenal sebagai jalan Daendels. Sang Gubernur Jendral
ini tak melulu membangun jalan baru tapi ia merapikan dan menyambungkan jalan
lama yang sudah ada sejak dulu.
Untuk diketahui saja bahwa
sebagian jalan raya melalui jalur tengah Jawa Barat, yakni jalur Bogor, Bandung,
Sumedang, Karang samboeng menuju wilayah Pantai Utara Jawa, yakni Cirebon.
Jalur Cirebon-Surabaya hampir semua memanfaatkan jalur pantai utara yang sudah
ada dan telah dikembangkan sejak zaman Mataram dan bahkan sebelumnya.
Pembangunan Jalan Raya Pos
Daendels, baik di Priangan maupun di wilayah Pantai Utara Jawa, sebenarnya
menggunakan prinsip ekonomis karena tidak membangun jalan yang benar-benar
baru, tetapi sebagian besar merupakan jalan-jalan yang sudah ada sebelumnya.
Tujuan utama Daendels membangun
jalan tersebut adalah untuk militer atau mobilisasi pasukan tentaranya dapat
dilakukan secara cepat lalu selain itu untuk transportasi produk pertanian.
Daendels akan memperluas jalan
raya yang ada maupun membuat yang baru dengan lebar 7,5 meter dengan dibatasi
lapisan batu yang memadai pada kedua sisinya, supaya jalan tersebut tidak
terkikis air yang mengalir sehingga pada suatu saat juga dapat digunakan oleh
angkutan dengan menggunakan kereta kuda dan gerobak.
Jalan Raya Pos yang dibangun
oleh Daendels ini selain memiliki lebar 7,5 meter, setiap 1506,9 meter juga
diberi tanda berupa paal/tonggak dari batu yang fungsinya, selain sebagai tanda
panjang jalan, juga sebagai tanda untuk merawat dan memperbaiki jalan oleh
distrik dan penduduk.
Pada sisi kiri dan kanan jalan
raya tersebut juga dibuat selokan yang berfungsi sebagai saluran air, sehingga
air tidak menggenang di jalan raya. Permukaan jalan yang dahulu berupa rumput
atau tanah kemudian diubah menjadi kerikil dan didasari dengan batu kali sehingga
perjalanan dari Batavia ke Surabaya dapat ditempuh hanya dalam waktu lima hari
saja.
*Sumber buku Dua Abad Jalan Raya Pantura
Foto jalan Pantura di satu wilayah di Cirebon awal abad 20
Tidak ada komentar:
Posting Komentar