Senin, 22 September 2025

JALAN PANTURA LAMA DILEBARKAN, DISAMBUNG DAN DIRAPIKAN DAENDELS DENGAN BATU DAN SELOKAN HINGGA JADI WARISAN DI JAWA

 

Jika kita masih berfikir bahwa Gubernur Jendral Daendels membangun jalan baru di pantai Utara Jawa tentu kita salah.

Jauh sebelum Daendels membangun jalan raya pos yang terkenal itu, jalan Pantai Utara Jawa Tengah sudah ada pada Kerajaan Mataram dan sudah berbentuk jalan yang rapi untuk ukuran Mataram Islam.

Lalu pada tahun 1808, Daendels membangun jalan yang kita kenal sebagai jalan Daendels. Sang Gubernur Jendral ini tak melulu membangun jalan baru tapi ia merapikan dan menyambungkan jalan lama yang sudah ada sejak dulu.

Untuk diketahui saja bahwa sebagian jalan raya melalui jalur tengah Jawa Barat, yakni jalur Bogor, Bandung, Sumedang, Karang samboeng menuju wilayah Pantai Utara Jawa, yakni Cirebon. Jalur Cirebon-Surabaya hampir semua memanfaatkan jalur pantai utara yang sudah ada dan telah dikembangkan sejak zaman Mataram dan bahkan sebelumnya.

Pembangunan Jalan Raya Pos Daendels, baik di Priangan maupun di wilayah Pantai Utara Jawa, sebenarnya menggunakan prinsip ekonomis karena tidak membangun jalan yang benar-benar baru, tetapi sebagian besar merupakan jalan-jalan yang sudah ada sebelumnya.

Tujuan utama Daendels membangun jalan tersebut adalah untuk militer atau mobilisasi pasukan tentaranya dapat dilakukan secara cepat lalu selain itu untuk transportasi produk pertanian.

Daendels akan memperluas jalan raya yang ada maupun membuat yang baru dengan lebar 7,5 meter dengan dibatasi lapisan batu yang memadai pada kedua sisinya, supaya jalan tersebut tidak terkikis air yang mengalir sehingga pada suatu saat juga dapat digunakan oleh angkutan dengan menggunakan kereta kuda dan gerobak.

Jalan Raya Pos yang dibangun oleh Daendels ini selain memiliki lebar 7,5 meter, setiap 1506,9 meter juga diberi tanda berupa paal/tonggak dari batu yang fungsinya, selain sebagai tanda panjang jalan, juga sebagai tanda untuk merawat dan memperbaiki jalan oleh distrik dan penduduk.

Pada sisi kiri dan kanan jalan raya tersebut juga dibuat selokan yang berfungsi sebagai saluran air, sehingga air tidak menggenang di jalan raya. Permukaan jalan yang dahulu berupa rumput atau tanah kemudian diubah menjadi kerikil dan didasari dengan batu kali sehingga perjalanan dari Batavia ke Surabaya dapat ditempuh hanya dalam waktu lima hari saja.

 

*Sumber buku Dua Abad Jalan Raya Pantura

Foto jalan Pantura di satu wilayah di Cirebon awal abad 20

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

*KEPALA BNN RI GAUNGKAN JIHAD MELAWAN NARKOBA DALAM FORUM SILATURAHMI NASIONAL ULAMA*

Jakarta - Kepala BNN RI, Suyudi Ario Seto, menghadiri Silaturahmi Nasional Ulama, Kyai, Habaib, Pejabat Pemerintah, dan Tokoh Nasional se-...