Sabtu, 23 Agustus 2025

Timur Pane, Sang Jenderal Copet dari Medan”

Siapa yang tak kenal Naga Bonar? Tokoh kocak nan legendaris dalam film besutan Asrul Sani (1987) itu dikenal suka main angkat pangkat sendiri, bahkan pernah minta gelar Marsekal Medan-Lubuk Pakam yang jelas-jelas tak ada dalam kamus militer. Adegan ini memang hanya rekaan, namun ternyata punya jejak nyata dalam sejarah. Di balik layar, sosok asli yang menginspirasi lahirnya karakter Naga Bonar adalah seorang laskar Medan bernama Timur Pane.

Bedanya, kalau Naga Bonar hanya fiksi, Timur Pane benar-benar hidup dan kisahnya jauh lebih liar dari film.

Dari Copet Menjadi Jenderal

Timur Pane bukan keturunan bangsawan, bukan pula perwira terlatih. Ia hanyalah pedagang sayur sekaligus pencopet kelas kakap di Medan. Tubuhnya kecil, wajahnya keras dengan rona kebiruan di bagian bawah, dan sorot matanya terkenal buas. Namun satu hal yang membuatnya disegani yaitu nyali besar dan keberanian nekat.

Saat Pertempuran Medan Area pecah, Timur Pane segera menghimpun gerombolannya yang sebagian besar berisi kriminal jalanan. Dari situlah lahir “Laskar Naga Terbang”, pasukan dadakan yang menebar rasa takut sekaligus kebanggaan bagi sebagian orang.

Konon, dalam banyak pertempuran, Timur Pane sendiri turun tangan membantai lawan-lawannya. Cerita kejam itu justru melambungkan namanya.

“Jenderal Mayor” ala Timur Pane

Entah dari mana datangnya, Timur Pane tiba-tiba menyematkan pangkat jenderal mayor di depan namanya. Gelar itu jelas tak resmi, tapi ia percaya pangkat bisa diciptakan asal punya nyali. Untuk memperkuat kesan, ia menempelkan bendera kuning ala Jepang di kendaraannya yaitu simbol perwira tinggi zaman pendudukan.

Tak berhenti di situ. Timur Pane melegalkan pasukan copetnya menjadi Tentara Marsose, lengkap dengan pangkat-pangkat militer yang dibagi sesuka hati. Ia bahkan mendatangi Gubernur Muda Sumatra Utara, S.M. Amin, dan menuntut agar pasukannya diakui sebagai tentara republik. Permintaan tambahannya lebih mencengangkan yaitu anggaran 120 juta gulden per bulan untuk membiayai laskar kriminal itu.

Antara Ditakuti dan Dipermainkan

Gerombolan Timur Pane seringkali membuat repot Tentara Republik Indonesia (TRI). Mereka bukan hanya melawan Belanda, tetapi juga kerap melucuti polisi dan tentara republik sendiri. Namun, karena pengaruhnya besar di Sumatra Timur, para petinggi di Yogyakarta akhirnya “menyetujui” gelar jenderal mayornya meski hanya sementara. Atas desakan Residen Sumatra Timur Abu Bakar Jaar, Tentara Marsose pun diakui sebagai bagian dari Legiun Penggempur.

Namun kejayaan itu singkat. Saat Belanda melancarkan Agresi Militer I (1947), pasukan Timur Pane justru kocar-kacir. Padahal sebelumnya ia sesumbar di hadapan Wakil Presiden Mohammad Hatta bahwa Medan akan direbut kembali olehnya.

Kenyataannya, Legiun Penggempur bubar, dan Timur Pane kehilangan segala gelar yang ia bangun dengan keangkuhan. Jenderal Mayor itu runtuh tanpa bekas.

“The Real” Naga Bonar

Kisah Timur Pane adalah potret unik masa revolusi. Seorang copet yang mendadak jadi jenderal, seorang kriminal yang berlagak panglima perang. Ia membuktikan bahwa dalam masa genting, pangkat bisa lahir dari keberanian—atau kenekatan.

Jika Naga Bonar adalah parodi, maka Timur Pane adalah realitas getirnya. Dan sejarah hanya mengingatnya sebagai “sang jenderal copet dari Medan”, sosok nyata di balik legenda layar lebar.

#TimurPane

#NagaBonarAsli

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Timur Pane, Sang Jenderal Copet dari Medan”

Siapa yang tak kenal Naga Bonar? Tokoh kocak nan legendaris dalam film besutan Asrul Sani (1987) itu dikenal suka main angkat pangkat sendir...