SIARAN PERS NO. 22/SP/HM.01.02/POLKAM/03/2025
Polkam, Jakarta - Kementerian
Koordinator Politik dan Keamanan bersama dengan kementerian/lembaga terkait
telah melaksanakan rapat koordinasi dan meluncurkan dua desk, yaitu Desk
Koordinasi Penanganan Karhutla serta Desk Koordinasi Perlindungan Pekerja Migran
Indonesia/Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO).
Untuk Desk Koordinasi Penanganan
Karhutla, leading sector-nya adalah Kepala BNPB, Menteri Kehutanan, Panglima
TNI, Kapolri, dan Menteri Lingkungan Hidup. Sedangkan untuk Desk Koordinasi
Perlindungan Pekerja Migran Indonesia, leading sector-nya adalah Menteri PPMI
bersama Kapolri, Panglima TNI, dan Menlu.
Demikian disampaikan Menteri
Koordinator Bidang Politik dan Keamanan Jenderal Polisi (Purn.) Budi Gunawan
pada konferensi pers di kantor Kemenko Polkam, Jakarta, Kamis (13/3/2025).
“Sebagaimana arahan Bapak
Presiden Prabowo Subianto, beliau menaruh perhatian besar terhadap kebakaran
hutan yang memiliki dampak sangat luas, tidak hanya korban jiwa dan kerugian
lingkungan, tetapi juga memiliki dampak geopolitik yang cukup signifikan karena
dampak asapnya merambah lintas negara. Selain itu, Bapak Presiden Prabowo
Subianto juga memberikan perhatian penuh terhadap perlindungan warga negara
Indonesia di luar negeri yang menjadi korban trafficking/people smuggling,”
kata Menko Polkam.
Untuk kebakaran hutan,
berdasarkan prediksi BMKG, meskipun di beberapa wilayah saat ini masih dalam
musim penghujan, namun sudah mulai ada beberapa titik hotspot di beberapa
daerah. Oleh karena itu, pemerintah sudah mulai menyiapkan mitigasi untuk
mengantisipasi bencana di musim kemarau, yaitu kebakaran hutan dan lahan.
“Kita berharap, dengan adanya
desk ini, Indonesia bisa mencapai zero karhutla dan membangun sistem mitigasi
serta pencegahan yang baik. Kebakaran hutan tidak hanya memiliki dampak
lingkungan, tetapi juga memiliki dampak geopolitik di Kawasan,” kata Menko.
Terkait pekerja migran, Presiden
memberikan perhatian besar kepada para pekerja migran Indonesia, yang telah
berjuang dan memberikan yang terbaik untuk keluarganya dan negara dalam bentuk
devisa yang dikirimkan. Sebagaimana diketahui, pekerja migran Indonesia adalah
pahlawan devisa, dengan remitansi mencapai Rp255 triliun pada 2024.
Kontribusi ini sangat berarti,
dan pemerintah berkomitmen untuk memberikan perlindungan maksimal dengan
membentuk Desk Koordinasi Perlindungan Pekerja Migran Indonesia/TPPO. Untuk
tahun 2024, tercatat lebih dari 40.000 kasus terkait pekerja migran, termasuk
eksploitasi, kekerasan, penyelundupan manusia, dan deportasi ilegal.
“Oleh karenanya, pemerintah
menargetkan semua kasus terkait pekerja migran dapat tertangani dengan baik dan
secara bertahap terjadi penurunan jumlah kasus yang mengindikasikan efektifnya
penanganan kasus pekerja migran dari hulu hingga hilir,” kata Menko Polkam Budi
Gunawan.
Sementara itu, Menteri
Perlindungan Pekerja Migran Indonesia/Badan Perlindungan Pekerja Migran
Indonesia, Abdul Kadir Karding mengatakan, jumlah pekerja migran Indonesia yang
terdaftar di data BP2MI yaitu hampir 5,3 juta untuk tahun ini. Sementara data
pekerja migran yang illegal ada 4,3 juta untuk tahun 2017 berdasarkan survey
Bank Dunia.
Karding menyampaikan, r ata-rata
masalah yang dihadapi pekerja migran Indonesia yaitu kekerasan, eksploitasi,
bahkan human trafficking. Sementara sumber utamanya salah satunya adalah
pekerja migran yang berangkat secara illegal atau non prosedural yang jumlahnya
sekitar 90-95%.
“Jadi sebenarnya kunci masalah
kalau kita bisa tutup yang non prosedural ini, maka tidak akan terlalu banyak
masalah pekerja migran,” katanya.
Masalah lainnya adalah skill
atau keterampilkan di mana rata-rata pekerja migran yang berangkat ke luar
negeri penempatannya berdasarkan data BP2MI yaitu 80% adalah domestic worker
atau pekerja di lingkungan rumah tangga dan 70% nya adalah Perempuan. Selain
itu, rata-rata pendidikannya SD dan SMP, dan sedikit SMA.
Masalah lainnya itu terkait
Bahasa dan mental para pekerja migran sehingga tidak sedikit pekerja migran
Indonesia yang ke luar negeri pindah atau cepat ingin pulang.
“Kita bersyukur bahwa Pak Menko
hari ini berinisiasi membentuknya desk. Desk ini kita harapkan akan menjadi
forum kolaborasi dan sinergi kami untuk ikut menangani masalah-masalah terkait
dengan kualitas atau tata kelola pekerja migran kita,” kata Karding.
Tergabung dalam kedua desk ini kementerian/lembaga yang juga berkolaborasi dan bekerja sama lintas sektoral, yakni Kemen Setneg, Kemendagri, Kemenlu, TNI, Polri, Kejaksaan Agung, Kemen Pelindungan Pekerja Migran Indonesia/BP2MI, Kemenhut, Kemen LH/Badan Pengendalian Lingkungan Hidup, Kemen Komdigi, Kemen Imigrasi dan Paspor, Kemen ATR/BPN, Kemenkes, Kemensos, Kemenaker, Kementan, Kantor Staf Presiden, Kantor Komunikasi Kepresidenan, PPATK, BIN, BNPB, BMKG, Bakamla, BNPT, Badan Informasi Geospasial, dan Gubernur Lampung, Jambi, Sumsel, Riau, Kepri, Kaltara, Kalsel, Kalbar, Kaltim, Kalteng serta Pangdam, Kapolda, dan Kajati yang hadir melalui Zoom Meeting.
*Kemenkopolkam/BINs
Tidak ada komentar:
Posting Komentar