Bung Karno adalah tokoh dunia yang dimiliki Indonesia di masa
lalu. Namanya harum, hingga kini masih dikenang oleh generasi bangsa ini.
Beliau sangat dihargai di mata internasional. Salah satu wujud penghargaan itu,
tidak kurang dari 26 buah gelar Doctor Honoris Causa diberikan kepada Bung
Karno dari berbagi universitas ternama, dalam maupun luar negeri. Dalam
beberapa pidato penganugerahan gelar itu, Bung Karnoacap mengingatkan kalangan
kampus akan pentingnya membaca buku dan keterkaitan ilmu dengan kehidupan
nyata.
Apa kata Bung Karno tentang buku ketika menerima gelar Doctor
Honoris Causa dari Universitas Indonesia, 2 Februari 1963?Inilah petikannya
sebagaimana dimuat dalam buku Sukarno, Ilmu dan Perjuangan (1984): “Pernah saya
bicarakan di dalam pidato-pidato saya, antara lain pidato saya di Senayan,
bahwa oleh karena saya dulu itu mahasiswa miskin, saya tingggalkan dunia yang
materiil ini, kataku – I left the material world – lantas saya masuk in the
world of the mind, masuk di dalam alam khayal, alam pikiran – I went into the
world of the mind, kataku. Artinya, saya masuk di dalam buku-buku, saya membaca
buku banyak sekali, malahan saya berkata, “ in the world of the mind, I met the
great man.” Di dalam alam khayal, di dalam alam pemikiran itu, saya berjumpa
dengan orang-orang besar, kataku, saya berjumpa dengan Karl Marx, saya berjumpa
dengan Friederich Engel, saya berjumpa dengan Kautsky, saya berjumpa dengan
Mahatma Gandhi, saya berjumpa dengan Thomas Jefferson, saya berjumpa dengan
Franklin Delano Roosevelt, saya berjumpa dengan Gladstone, saya berjumpa dengan
Poincare, saya berjumpa dengan dengan Talleyrand, dan pemimpin-pemimpin dunia
yang lain, orang-orang besar.”
Tatkala Bung Karno menyampaikan pidato saat penganugerahan
gelar Doctor Honoris Causa di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 19 September
1951, beliau berkata: “ … Ya, benar, saya telah banyak sekali membaca
buku-buku. Tetapi sebagai tadi saya katakan, pembawaanku tidak puas dengan ilmu
ansich. Bagi saya, ilmu pengetahuan hanyalah berharga penuh jika ia
dipergunakan untuk mengabdi kepada praktek hidup manusia, atau prakteknya
bangsa, atau praktek hidupnya dunia kemanusiaan. Memang sejak muda saya ingin
mengabdi kepada praktek hidup manusia, bangsa, dan dunia kemanusiaan itu.
Itulah sebabnya saya selalu mencoba menghubungkan ilmu dengan amal;
menghubungkan pengetahuan dengan perbuatan, sehingga pengetahuan ialah untuk
perbuatan, dan perbuatan dipimpin oleh pengetahuan. Ilmu dan amal, kennis dan
daad, harus ‘wahyu-mewahyui’ satu sama lain.
Pada bagian akhir pidatonya itu, Bung Karno menegaskan kepada
para mahasiswa Universitas Gadjah Mada kala itu, bahwa ilmu tiada guna jika
tidak digunakan untuk mengabdi kepada prakteknya hidup. “Buatlah ilmu
berdwitunggal dengan amal! Malahan, angkatlah derajat kemahasiswaanmu itu
kepada derajat mahasiswa patriot, yang sekarang mencari ilmu, untuk kemudian
beramal terus-menerus di hadirat wajah ibu pertiwi!,”ujar Bung Karno, bapak bangsa
ini.
Semoga kita yang hidup sekarang mampu memetik manfaat, menuai
inspirasi, serta semangat yang masif dari pidato beliau itu. Bahwa kita tak
sekadar membaca buku, tidak sekadar memperluas ilmu, bahkan seharusnya - di
dalam lubuk hati - ada visi yang kuat untuk beramal demi kemajuan negeri.
Semoga.. ( I Ketut Suweca )

Tidak ada komentar:
Posting Komentar