KELOMPOK MAYORITAS
Oleh : Islah Bahrawi ( Pegiat Bijak Dalam Bermedsos )
Ia datang laksana pendekar “ Dewa Mabuk “ yang sedang turun
gunung, lalu menyerang ke segala penjuru mata angin, menendang dan memukul
siapapun yang dijumpai –dengan kekuatan penuh membabi buta. Seperti orang yang
terlalu lama di dalam gua, ia terbiasa merasa besar di dalam ruangan kecil.
Banyak yang terpana melihat aksinya, ada juga yang yang tidak terima namun
tidak dapat berbuat apa – apa. Sikap diam orang – orang membuatnya semakin
merasa besar, jumawa dan mengaggap orang lain lebih kerdil. Tidak ada satupun
yang sanggup menghalangi, termasuk Tentara kerajaan – ia merasa hukum tak
sanggup menyentuhnya. Kisah klasik ini adalah gambaran implisit dari apa yang
dimaksud dengan “impunitas”.
Hari – hari terakhir kita menyaksikan semua itu di sini.
Negara diam, seolah tidak hadir . Sebagian dari kita tidak terima tanpa berbuat
apa – apa. Kita semua pasrah dalam amarah diam – diam. Kita menyaksikan
bagaimana semua orang dikerdilkan satu persatu, melewati beranda – beranda kita
dengan leluasa. Namun bagaimanapun kita berdiam dalam satu negara berlandaskan
hukum, bukan totalitarian yang harus menhadangnya dengan juga membabi buta.
Cara serampangan akan membuat kita taka da bedanya dengan pendekar mabuk tadi.
Negara ini digawangi bukan untuk melayani amarah sat- dua
orang, juga bukan untuk mengadopsi kesabaransegelintir orang. Ini bukan soal
marah atau sabar, ini tentang momentum
dan marwah negara adalah salah jika negara dianggap diam.
Kita tidak boleh terjebak untuk memuji Presiden Jokowi secara
berlebihan, bagaimanapun ada juga kekuranganya adalah wajar sebagai manusia.
Ketika banyak orang mengkritik pemerintah melakukan pembiaran , kita harus
terbiasa memahami cara kerja Presiden Jokowi . Banyak orang hilang kesabaran karena
focus melihat tingkah polah satu orang ini, disaat Presiden harus melihat
tingkah jutaan orang. Ia seperti halnya Raja – raja Jawa yang membutuhkan waktu
puluhan menit sekedar menggerakkan satu langkah bidak catur. Padahal ia tidak
hanya memikirkan langkah itu saja, tapi justru memikirkan puluhan langkah
berikutnya.
Ini bukan pujian tapi ini merupakan fakta bahwa sikap
reaksioner kita masyarakat sering terlambat disbanding sikap Presiden Jokowi
yang visoner.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar