Arab Spring

Jangan Ulangi Arab Spring, terutama yang terjadi di Tunisia dan Mesir. Revolusi di Tunisia dan Mesir ini menyebabkan Presiden Ben Ali dan Presiden Hosni Mobarak lengser. Tentang pemicu Arab Spring di Tunisia, ada nama Mohamed Bouazizi. Ia adalah seorang pedagang sayur yang protes karena gerobak dagangannya diobrak-abrik seorang pejabat pemerintah dan pengawalnya. Ia lalu membakar diri dan meninggal beberapa pekan kemudian karena luka bakarnya. Ini memicu amarah nasional. Sedang pemicu Arab Spring di Mesir, adalah kematian Khaled Mohamed Saeed, seorang aktivis medsos di kota Alexandria yang dipukuli polisi hingga tewas di sebuah warnet. Kematiannya lalu memantik kegeraman nasional, yang diamplifikasi oleh jejaring Facebook oleh Wael Ghonim, perwakilan Google di Mesir. Kematian Bouazizi dan Khaled Saeed ditulis oleh Manuel Castells dalam buku "Networks of Outrage and Hope - Social Movements in the Internet Age" (2012). Maka langkah cerdas pemerintah dengan mendisable bbrp fitur di media sosial dan messaging system dianggap cukup mampu menahan sebaran berita hoax yg mungkin akan memicu pergerakan yg lebih masif. Mereka menjadikan kematian teman mereka sebagai umpan untuk mendapatkan dukungan lebih besar , berharap bisa memicu sentimen" para netizen dan bersedia menjadi bagian dari mereka , cuma mereka lupa bahwa bangsa Indonesia yg sedemikian heterogen, dengan budaya yang adem ayem , toleransi dan solidaritas tinggi tentu tidak mudah tergerus oleh hoax yg mereka ciptakan , apalagi momen yg ditunggangi adalah momen dimana hampir semua masyarkat Indonesia mengikuti dr awal , mereka memilih sosok yg tepat untuk memimpin , tinggal para pericuh yang akan gigit jari berhadapan dengan konswekensi hukum atas perbuatan mereka. Dan Suriah dihembuskan berita – berita Hoax serta politik identitas yang mengental.  / Dipa Negara