Rabu, 01 Oktober 2025

KORPS BRIMOB POLRI Mematuhi suara RADIO REPUBLIK INDONESIA Karena ia adalah suara Negara (SEKALI DIUDARA TETAP DIUDARA)

SETIAP INSAN BRIMOB Menyadari bahwa mereka Bertempur bukan karena Nafsu membunuh atau karena kesombongan, semuanya untuk Bangsa dan Negara Indonesia yang dicintai bersama.

17 Agustus 1962, Bendera Merah Putih berkibar di Rumbati, usai Pengibaran bendera MERAH PUTIH, Ajun Inspektur Polisi I Hudaya Sumarya beserta 45 anggotanya menyerang dan menduduki pos-pos pertahanan Belanda di Rumbati, Masyarakat setempat pun menyambut Bhayangkara-bhayangkara Resimen Pelopor Korps Brimob Polri Hudaya Sumarya dengan gembira saat Pasukan Bhayangkara yang dipimpin Ajun Inspektur I Hudaya Sumarya tersebut sudah menduduki sekaligus mengkonsolidasikan semua potensi di Patiti, Soom, Tawar, Salakiti dan Rumbati sampai ada perintah penghentian tembak menembak melalui siaran Radio Republik Indonesia.

Siaran RRI tentang penghentian tembak menembak tersebut meneguhkan langkah Ajun Inspektur Polisi I Hudaya Sumarya untuk menjadikan Rumbati sebagai pos Komandonya, sesuai hasil hubungan komunikasi dengan induk pasukan yang berada di Gorom dan Ambon bahwa daerah-daerah yang telah dikuasai agar tetap diduduki.

Beberapa hari kemudian ada kurir Residen Belanda di Fak-fak bernama De Boixs memberitahu kepada AIP I Hudaya Sumarya bahwa Perdamaian telah tercapai antara INDONESIA dan BELANDA dan dalam beberapa hari kedepan akan datang utusan PBB serta utusan dari pihak Belanda akan menjumpai Pasukan Bhayangkara Pimpinan AIP I Hudaya Sumarya, hal tersebut kemudian ditanyakan kepada induk pasukan yang berada di GOROM dan AMBON apakah utusan PBB dan utusan Belanda tersebut boleh diterima atau tidak, jawabannya “BOLEH DITERIMA”.

Dihari berikutnya AIP I Hudaya Sumarya yang pangkatnya telah dinaikkan menjadi INSPEKTUR POLISI II dengan diiringi dua orang anggotanya yakni Frans Datumbanua dan Solikin beserta utusan PBB Kapten Amadin dari Nigeria dengan menggunakan kapal yang telah dipersiapkan berangkat menuju Fak-fak.

Di Fak-fak Residen Belanda telah menunggu Bersama Peleton Protokol KEHORMATAN yang terdiri dari pasukan MARINIR Belanda serta tidak ketinggalan Masyarakat Fak-fak siap menyambut kedatangan Inspektur Polisi II Hudaya Sumarya, MASYARAKAT FAK-FAK INGIN MELIHAT tentara/Pasukan Perang dari Indonesia yang datang dengan TANGAN TERBUKA TANPA DIIKAT, sebab apa yang biasa Masyarakat Fak-fak saksikan adalah setiap tentara/Pasukan tempur yang datang di karesidenan tersebut SELALU dengan keadaan Tangan terikat.

Dengan tidak memperdulikan situasi, begitu Perwira dari Resimen Pelopor Korps Brimob Kepolisian Negara Republik Indonesia, RTP I Inspektur Polisi II Hudaya Sumarya selesai menerima penghormatan dari Peleton Kawal Kehormatan Marinir Belanda Masyarakat Fak-fak menyerbu dan menyambut IP II Hudaya Sumarya beserta anggota Bhayangkaranya dengan sambutan hangat dan meriah sampai masuk ke halaman kediaman Residen Belanda tersebut.

Di pertemuan dengan Residen Belanda tersebut disepakati bahwa MERAH PUTIH tetap berkibar di Rumbati, Taniupalak, Tawar, Salakiti, Soom, Patiti dan Tanjung Fatagar.

SANG MERAH PUTIH YANG PERWIRA BERKIBARLAH UNTUK SELAMA-LAMANYA.

 

*Mpu Mada

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar