SETIAP INSAN BRIMOB Menyadari bahwa mereka Bertempur bukan karena Nafsu membunuh atau karena kesombongan, semuanya untuk Bangsa dan Negara Indonesia yang dicintai bersama.
17 Agustus 1962, Bendera Merah
Putih berkibar di Rumbati, usai Pengibaran bendera MERAH PUTIH, Ajun Inspektur
Polisi I Hudaya Sumarya beserta 45 anggotanya menyerang dan menduduki pos-pos
pertahanan Belanda di Rumbati, Masyarakat setempat pun menyambut
Bhayangkara-bhayangkara Resimen Pelopor Korps Brimob Polri Hudaya Sumarya
dengan gembira saat Pasukan Bhayangkara yang dipimpin Ajun Inspektur I Hudaya
Sumarya tersebut sudah menduduki sekaligus mengkonsolidasikan semua potensi di
Patiti, Soom, Tawar, Salakiti dan Rumbati sampai ada perintah penghentian
tembak menembak melalui siaran Radio Republik Indonesia.
Siaran RRI tentang penghentian
tembak menembak tersebut meneguhkan langkah Ajun Inspektur Polisi I Hudaya
Sumarya untuk menjadikan Rumbati sebagai pos Komandonya, sesuai hasil hubungan
komunikasi dengan induk pasukan yang berada di Gorom dan Ambon bahwa
daerah-daerah yang telah dikuasai agar tetap diduduki.
Beberapa hari kemudian ada kurir
Residen Belanda di Fak-fak bernama De Boixs memberitahu kepada AIP I Hudaya
Sumarya bahwa Perdamaian telah tercapai antara INDONESIA dan BELANDA dan dalam
beberapa hari kedepan akan datang utusan PBB serta utusan dari pihak Belanda
akan menjumpai Pasukan Bhayangkara Pimpinan AIP I Hudaya Sumarya, hal tersebut
kemudian ditanyakan kepada induk pasukan yang berada di GOROM dan AMBON apakah
utusan PBB dan utusan Belanda tersebut boleh diterima atau tidak, jawabannya “BOLEH
DITERIMA”.
Dihari berikutnya AIP I Hudaya
Sumarya yang pangkatnya telah dinaikkan menjadi INSPEKTUR POLISI II dengan
diiringi dua orang anggotanya yakni Frans Datumbanua dan Solikin beserta utusan
PBB Kapten Amadin dari Nigeria dengan menggunakan kapal yang telah dipersiapkan
berangkat menuju Fak-fak.
Di Fak-fak Residen Belanda telah
menunggu Bersama Peleton Protokol KEHORMATAN yang terdiri dari pasukan MARINIR
Belanda serta tidak ketinggalan Masyarakat Fak-fak siap menyambut kedatangan
Inspektur Polisi II Hudaya Sumarya, MASYARAKAT FAK-FAK INGIN MELIHAT
tentara/Pasukan Perang dari Indonesia yang datang dengan TANGAN TERBUKA TANPA
DIIKAT, sebab apa yang biasa Masyarakat Fak-fak saksikan adalah setiap
tentara/Pasukan tempur yang datang di karesidenan tersebut SELALU dengan
keadaan Tangan terikat.
Dengan tidak memperdulikan
situasi, begitu Perwira dari Resimen Pelopor Korps Brimob Kepolisian Negara
Republik Indonesia, RTP I Inspektur Polisi II Hudaya Sumarya selesai menerima
penghormatan dari Peleton Kawal Kehormatan Marinir Belanda Masyarakat Fak-fak
menyerbu dan menyambut IP II Hudaya Sumarya beserta anggota Bhayangkaranya
dengan sambutan hangat dan meriah sampai masuk ke halaman kediaman Residen
Belanda tersebut.
Di pertemuan dengan Residen
Belanda tersebut disepakati bahwa MERAH PUTIH tetap berkibar di Rumbati,
Taniupalak, Tawar, Salakiti, Soom, Patiti dan Tanjung Fatagar.
SANG MERAH PUTIH YANG PERWIRA
BERKIBARLAH UNTUK SELAMA-LAMANYA.
*Mpu Mada
Tidak ada komentar:
Posting Komentar