Perang Bunga Mawar: Perang
Saudara Inggris yang Mengguncang Dinasti
Perang Bunga Mawar (1455–1487)
adalah perang saudara berdarah di Inggris yang melibatkan dua cabang dari
Dinasti Plantagenet: Wangsa Lancaster (berlambang mawar merah) dan Wangsa York
(berlambang mawar putih). Perang ini merupakan konflik dinasti untuk
memperebutkan takhta Kerajaan Inggris.
Latar Belakang
Ketidakstabilan politik di
Inggris dimulai pada masa pemerintahan Raja Henry VI dari Lancaster. Henry
dianggap lemah dan tidak mampu memimpin secara efektif, sehingga membuka
peluang bagi Richard, Duke of York, untuk menantang kekuasaannya. Persaingan
politik, perebutan kekuasaan, dan krisis ekonomi semakin memperburuk keadaan,
hingga akhirnya pecah perang terbuka.
Jalannya Perang
Perang berlangsung dalam
beberapa pertempuran besar, salah satunya Pertempuran St Albans (1455) yang
dianggap sebagai awal konflik. Selama puluhan tahun, kekuasaan silih berganti
antara Lancaster dan York. Tokoh penting dari pihak York adalah Edward IV, yang
berhasil merebut takhta dan membawa stabilitas sesaat.
Namun, konflik kembali berkobar
setelah kematian Edward IV, ketika adiknya, Richard III, naik takhta. Kekuasaan
Richard tidak bertahan lama, karena ia dikalahkan oleh pasukan Lancaster yang
dipimpin oleh Henry Tudor pada Pertempuran Bosworth (1485). Dalam pertempuran
ini, Richard III tewas, sekaligus menjadi raja Inggris terakhir yang gugur di
medan perang.
Akhir Perang
Kemenangan Henry Tudor menandai
berakhirnya Perang Bunga Mawar. Henry kemudian naik takhta sebagai Raja Henry
VII, pendiri Dinasti Tudor. Untuk memperkuat posisinya, ia menikahi Elizabeth
dari York, menyatukan dua keluarga yang berseteru. Simbol penyatuan ini
diwujudkan dalam Mawar Tudor, gabungan mawar merah dan putih, yang hingga kini
masih menjadi lambang kerajaan Inggris.
Dampak Sejarah
Perang Bunga Mawar menyebabkan
kehancuran banyak bangsawan Inggris dan melemahkan sistem feodal. Namun,
lahirnya Dinasti Tudor membawa stabilitas politik yang lebih kuat, sekaligus
membuka jalan bagi Inggris menuju masa kejayaan di era selanjutnya, terutama
pada pemerintahan Henry VIII dan Elizabeth I.
Referensi:
- Hicks, M. (2010). The Wars of
the Roses. Yale University Press.
- Dan Jones (2014). The Wars of
the Roses: The Fall of the Plantagenets and the Rise of the Tudors. Penguin
Books.
- Pollard, A. J. (2001). The
Wars of the Roses. Macmillan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar