Lumajang di wilayah perkotaanya masih tetap
seperti dulu, panas namun memberikan suasana ketenangan bagi penghuninya dengan
bangunan hunian yang sederhana. Di balik bangunan-bangunannya yang sederhana
itu, Lumajang menyimpan salah satu situs warisan sejarah, yakni Situs Biting . Situs ini berlokasi di Desa Kutorenon, Kecamatan
Sukodono, Kabupaten Lumajang, jaraknya hanya sekitar 5 kilometer dari pusat
kota.
Situs
Biting adalah peninggalan bersejarah berupa reruntuhan benteng yang menyimpan
jejak sejarah berdirinya Kerajaan Majapahit. Di situs ini dimakamkan Arya
Wiraraja, seorang tokoh besar yang ikut andil dalam berdirinya Kerajaan
Majapahit.
Sejarah tanah Jawa menyebutkan, Arya Wiraraja merupakan
orang yang dekat dan menjadi kepercayaan proklamator dan raja pertama Kerajaan
Majapahit Raden Wijaya. Arya Wiraraja awalnya merupakan bagian dari
pejabat di istana Kerajaan Singasari di masa pemerintahan Raja Kertanegara.
Perbedaan pendapat membuat Arya Wiraraja akhirnya disingkirkan Kertanegara ke
Pulau Madura, tepatnya di Sumenep. Di pulau garam itu Arya Wiraraja diangkat
menjadi adipati di Madura Timur.
Dari
Lumajang kita bergeser ke Kabupaten Sumenep di Pulau Madura. Seperti judul
tulisan ini, fokus kita di segmen ini adalah membahas sekilas kiprah Arya
Wiraraja sebagai Adipati Madura. Tulisan mengenai kiprah Arya Wiraraja sebagai
Raja Lumajang bisa pembaca buka kembali di tulisan kami yang berjudul “Situs
Biting, Arya Wiraraja dan Jejak Kerajaan Lamajang Tigang Njuru” yang diunggah
pada 30 Januari 2023.
Madura merupakan salah satu pulau di sebelah timur Pulau Jawa dan masuk dalam bagian Provinsi Jawa Timur. Ya, pulau dengan daratan yang dijuluki Pulau Garam ini sejak zaman kuno memiliki hubungan erat dengan Jawa Timur. Sebelum ada jembatan Suramadu, orang-orang melintasi Madura dan Jawa Timur menggunakan transportasi perahu penyeberangan. Sejak zaman Kerajaan Singasari, Madura adalah bagian dari kekuasaan raja Jawa dengan adipati pertamanya bernama Arya Wiraraja. Arya Wiraraja menjadi adipati pertama di Madura setelah diangkat oleh Raja Kertanegara dari Singasari pada 31 Oktober 1269. Setelah menjadi adipati Madura, Arya Wiraraja mendirikan pusat pemerintahannya di Batuputih, Sumenep.
Keraton
Batuputih yang didirikan Arya Wiraraja ini konon merupakan keraton pertama di
Pulau Madura. Pengukuhan Arya Wiraraja sebagai Adipati Madura pada waktu itu
sangat mungkin dilangsungkan dalam upacara kebesaran Kerajaan Singasari.
Zaman
telah berganti, Batuputih yang dulu ibukota kerajaan saat ini berubah menjadi
kecamatan yang berjarak 18 kilometer dari pusat kota Sumenep. Meskipun bangunan
istana pertama Arya Wiraraja sudah tidak ada lagi, di kawasan situs ini masih
dijumpai beberapa artefak dan peninggalan keraton Batuputih. Di daerah ini juga
masih dijumpai warian budaya tak benda Arya Wiraraja, diantaranya tarian
rakyat, tari Gambuh dan tari satria.
Pemberontakan
Jayakatwang meletupkan bara di Kerajaan Singasari. Kerajaan Singasari tamat dan
Raden Wijaya melarikan diri. Arya Wiraraja yang berkuasa di Madura lantas
menampung Raden Wijaya yang lari dari Singasari. Di sanalah keduanya akhirnya
bertemu dan memiliki hubungan baik.
Arya
Wiraraja disebut-sebut sebagai orang paling cerdas di zamannya. Ia merupakan
penasihat utama Wangsa Rajasa yang dipimpin oleh Raden Wijaya. Konon saat
memutuskan kebijakannya, Raden Wijaya selalu meminta nasihat dan bantuan Arya
Wiraraja.
Sejarah
mencatat banyak utang budi Raden Wijaya kepada Arya Wiraraja. Mulai dari
membantu pelarian Raden Wijaya dari Singasari dan menampungnya di Madura Timur.
Selanjutnya permohonan pengampunan pada Raja Jayakatwang, bantuan pasukan
untuk mendirikan desa Majapahit, penyerangan dan penghancuran Kerajaan Kediri
di bawah Jayakatwang dan pengusiran tentara Mongol. Kesemuanya itu merupakan
bukti betapa Raden Wijaya sangat tergantung kepada Arya Wiraraja yang ahli
taktik dan strategi
Setelah Daha hancur dan Mongol berhasil diusir,
Arya Wiraraja memutuskan menetap sementara waktu di Majapahit. Dia lantas
terlibat aktif dalam persiapan upacara penobatan Raden Wijaya sebagai Raja
Majapahit. Sang Raja Majapahit itu lantas berjanji akan membagi dua tanah jawa
jika perjuangannya berhasil mengembangkan kerajaan.
Komitmen
dan loyalitas Arya Wiraraja membantu Raden Wijaya berlanjut dengan ikut
membuka hutan tarik sebagai perkampungan baru setelah berdirinya Majapahit.
Dalam membuka hutan ini, Arya Wiraraja mengerahkan orang-orang Madura untuk
membantu Raden Wijaya. Setelah hutan berhasil dibuka, orang-orang Madura itu
menjadi penduduk pertama perkampungan baru.
Perkampungan
baru sebagai hasil pembukaan hutan tarik itulah yang kemudian dinamakan
Majapahit. Nama Majapahit itu diberikan sebab perkampungan yang berada di
sekitaran Sungai Brantas itu banyak ditumbuhi pohon maja. Inilah yang
menyebabkan daerah-daerah di sekitaran Sungai Brantas banyak yang memakai
awalan “Maja”. Seperti Majakerta (Mojokerto), Majawarna, Majaagung, Majasari dan
lainnya.
Setelah
Majapahit resmi berdiri dan Raden Wijaya menjadi raja, Arya Wiraraja memutuskan
meninggalkan Madura beserta keluarga dan pasukan Maduranya ke Lamajang.
Pada tahun 1294 atau setahun setelah Majapahit didirikan, Arya Wiraraja
dinobatkan sebagai raja yang memerintah di Kerajaan Lamajang Tigang Juru atau
yang tersohor dengan nama Majapahit Timur. Arya Wiraraja naih tahta dengan
gelar Prabu Menak Koncar I.
Hijrahnya
Arya Wiraraja ke Lamajang saat itu diperkirakan diikuti oleh invasi perpindahan
penduduk Madura ke daerah Tapal Kuda. Maka tak heran jika saat ini populasi
penduduk Madura di wilayah Surabaya, Pasuruan, Probolinggo dan Lumajang sangat
tinggi. Daerah-daerah itu mulai dari logat bahasa hingga budaya sama persis
dengan masyarakat Madura yang menghuni Pulau Garam.
Di
awal berdirinya, Lamajang Tigang Juru adalah Negara merdeka yang tidak masuk
wilayah Majapahit.Kerajaan yang dipimpin Arya Wiraraja ini menguasai beberapa
wilayah bawahan lainnya seperti Panarukan, Blambangan, Madura, dan Bali dengan
ibukota di Lamajang. Sisa-sisa dari peradaban Lamajang Tigang Juru yang
bisa kita saksikan hari ini adalah Situs Biting.
Dalam
perkembangannya, Kerajaan Lamajang Tigang Njuru akhirnya runtuh akibat serangan
Kerajaan Majapahit yang berambisi ingin menguasai seluruh Nusantara.
Serangan ini terjadi setelah wafatnya Arya Wiraraja dan Raden Wijaya. Setelah
serangan ini, Lamajang Tigang Njuru kemudian menjadi bagian dari wilayah
Majapahit. Namun demikian, kiprah Arya Wiraraja bekas adipati Madura dalam
mendirikan Negara Majapahit itu untuk selamanya akan selalu dikenang sejarah.
Sumber : Jatim Times
Tidak ada komentar:
Posting Komentar