Selasa, 11 Maret 2025

KEPALA BNN RI SEBUTKAN ASTA CITA KE-8 PADA PEMBUKAAN CND KE-68

Wina - Commission on Narcotic Drugs (CND) ke-68 secara resmi dibuka dan berlangsung di Vienna, Austria, pada 10-14 Maret 2025. Kegiatan ini membahas masalah yang berkaitan dengan narkoba dan mengadopsi resolusi serta keputusan dari kegiatan ini.

Diskusi kali ini dipimpin oleh Duta Besar Shambhu S. Kumaran, Perwakilan Tetap India untuk PBB di Wina. Masing-masing negara memaparkan isu terkini mengenai narkoba dan kejahatannya, salah satunya dari Badan Narkotika Nasional (BNN) yang menjadi delegasi Indonesia di forum terbesar ini.

Kepala BNN RI Marthinus Hukom dalam pernyataannya menyampaikan keprihatinan yang mendalam mengenai situasi narkotika global sebagaimana tercermin dalam Laporan Narkotika Dunia 2024. Prevalensi produk ganja berkadar THC tinggi menyebabkan peningkatan penggunaan narkoba dan menimbulkan bahaya bagi kesehatan masyarakat internasional, khususnya yang berdampak pada kaum muda.

Marthinus Hukom menjelaskan bahwa di Indonesia, tingkat prevalensi narkoba mencapai 1,73% pada tahun 2023, yang berdampak pada sekitar 3,33 juta orang. Negeri Zamrud Khatulistiwa menghadapi tantangan yang mengkhawatirkan dengan tingkat kekambuhan lebih dari 70% dan maraknya zat psikoaktif baru, disamping pola perdagangan narkoba yang terus berkembang.

Kepala BNN RI menyebutkan, melalui Asta Cita Presiden RI Prabowo Subianto ke-8 yang mencakup penguatan pencegahan dan pemberantasan korupsi dan narkotika, Indonesia telah memprioritaskan langkah-langkah penanggulangan narkotika yang komprehensif.

"Presiden telah menempatkan pengendalian perdagangan narkoba sebagai prioritas di sektor keamanan. Sebagai implementasinya, pemerintah telah membentuk Desk Narkotika dengan tiga tugas utama, yaitu: mengoptimalkan pencegahan dan penegakan hukum narkoba secara efektif dan efisien, meningkatkan koordinasi antar kementerian/lembaga dan kerja sama internasional dalam upaya pemberantasan narkoba dan kebijakan strategis, serta merumuskan rekomendasi untuk mengoptimalkan pemberantasan narkoba," ujar Kepala BNN RI dalam pernyataannya pada Sesi General Debate.

Oleh karena itu, Indonesia tetap berkomitmen untuk memperkuat suara negara-negara berkembang dalam mengatasi tantangan peredaran gelap narkotika. BNN sendiri memiliki tiga aspek penting untuk menekan bahaya narkoba bagi masyarakat lewat langkah strategis.

"Kami menekankan tiga aspek penting. Pertama, mengatasi dampak sosial ekonomi narkotika, yang secara tidak proporsional memengaruhi negara-negara berkembang dengan sumber daya terbatas untuk pencegahan, pengobatan, dan rehabilitasi. Kedua, mendorong pendekatan yang seimbang antara aspek kesehatan dan keamanan dalam kebijakan narkoba global, mengadvokasi pengobatan berbasis bukti sambil mempertahankan penegakan hukum yang kuat," ujarnya.

"Ketiga, mendukung implementasi penuh komitmen kebijakan narkoba internasional melalui peningkatan kerja sama regional. BNN telah melaksanakan langkah-langkah strategis yang berfokus pada penguatan kolaborasi, operasi intelijen, keamanan pesisir dan perbatasan, kerja sama dengan negara-negara tetangga, dan program ketahanan keluarga di daerah-daerah rawan serta penguatan infrastruktur dan peningkatan kapasitas," lanjutnya.

Dalam forum ini, Kepala BNN RI menyerukan kepada masyarakat internasional untuk meningkatkan bantuan teknis, peningkatan kapasitas, dan mekanisme pendanaan berkelanjutan bagi negara-negara berkembang. Langkah ini dilakukan sebagai komitmen bersama menuju dunia yang bebas narkoba melalui pendekatan yang seimbang, komprehensif, dan berbasis bukti.

(BINs)

#indonesiabersinar

#indonesiadrugfree

Biro Humas dan Protokol BNN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bhabinkamtibmas Polsek Bandar Ingin Mewujudkan Polri Yang Humanis

Bhabinkamtibmas Polsek Bandar menjeguk kondisi kesehatan bapak Hendra bersama Seorang anak perempuan yg masih ber Usia 5 Tahun-- setelah di ...