Oleh Islah Bahrawi : Aktivis Pencerahan Sosial Politik Dan
Budaya , Pegiat Cerdas di Media Sosial
“ All that is solid melt into air “ kata Marx 250 tahun yang
lalu tentang Kapitalisme. Ia mengatakan itu karena yakin , bahwa pada akhirnya
Komunisme yang akan abadi dan “ Kapitalisme akan mencair di uadara “. Marx
ternyata salah Manifesto Komunis yang ditulisnya bersama Engels lemah berkarat
sebelum benar – benar mengkilat tajam. Tapi Marx ada benarnya juga, ternyata
Kapitalisme hanya menyediakan dunia maya dan ruang nyata menjadi mubazir.
Selamat datang di dunia Algoritma, Sekarang, dan terlebih
lagi jauh ke masa depan, dunia akan semakin ditentukan oleh apa yang
diungkapkan dan disembunyikan oleh media sosial, layanan pencarian dan realitas
virtual. Inilah zaman dimana setiap riwayat perbuatan kita dapat diambil data
dapat digunakan untuk melawan kita.
Tapi ini hanyalah suatu titik absis dari zaman yang
ditakdirkan harus berubah dalam “pattern” yang tak melulu Assimetris. Pada abad
pertengahan di masa Abassiyah, Baghdad adalah kota besar sekelas New York saat
ini. Kota metropolitan penuh daya tarik yang diturkan dari mulut ke mulut dan
drama yang dilebih – lebihkan. Baghdad menjadi mimpi semua orang. Ia menyedot
para pendatang, setelah Athena tidak lagi menyediakan masa depan.
Kini Media dan Teknologi bergabung , memberi “ steroid” kepada
agama, politik, ekonomi untuk bertempur agar sepenuhnya mengendalikan persepsi
kita ( konon seperti era Baghdad ), Ketiga entitas itu saling menunggangi satu
sama lain, meski diantara mereka saling tikam dalam lipatan. Kelindan mereka,
dalam hal ini menyadari kebenaran kalimat Samuel Huntington : “ Setiap
peradaban melihat dirinya sebagai pusat dunia dan menulis sejarahnya sebagai
drama sentral sejarah manusia.” Agama, Politik dan Ekonomi adalah pergulatan
untuk saling berebut wilayah episentrum itu.
Jangan bayangkan situasi puluhan atau bahkan ratusan tahun
dari sekarang, saat inipun kita sufah mengalami apa yang dikatakan oleh
Huntington. Manusia bukan mewakili manusia tapi ia mewakili entitas yang berada
dibelakangnya. Manusia menjadi brutal, membuat akun media sosial bodong hanya
untuk memaki sana-sini untuk urusan kerdil. Kaum itu saya menyebutnya, “ Zombie Klepon “.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar