Jakarta. BINs (31/1/2019)
“Di depan saya mungkin hanya ratusan orang, namun saya yakin yang hadir ini
adalah para tokoh, ulama dan pimpinan NU di wilayahnya masing-masing dengan
jutaan jamaah di belakangnya. Untuk itu saya mengajak bapak ibu semua menjadi
pelopor dan garda terdepan dalam mewujudkan kesejukan dan kedamaian selama
geleran Pemilu dan Pilpres 2019, ” kata Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol Dr Gatot
Eddy Pramono MSi (GEP).
Irjen Gatot Eddy (GEP) hadir
sebagai narasumber mewakili Kapolri, Jenderal Polisi Prof HM Tito Karnavian
PhD, dalam acara Konsolidasi Organisasi Menjelang Satu Abad Nahdhatul Ulama
yang merupakan rangkaian peringatan Hari Lahir NU ke 93 di Jakarta Convention
Centre, Senayan, Kamis (31/1).
Irjen Gatot yang juga menjabat sebagai Kasatgas Nusantara
membawakan tema diskusi “Peran Ulama dalam Menghadapai Ancaman Terhadap Islam
Moderat dan Stabilitas Keamanan Nasional”. Dia mengingatkan kepada peserta
diskusi untuk selalu mensyukuri nikmat Allah SWT, bahwa bangsa Indonesia yang
terdiri dari ratusan suku bangsa, beragam bahasa, adat istiadat dan agama,
namun tetap hidup rukun damai, tanpa ada konflik berarti selama 73 tahun
merdeka.
“Ini adalah anugerah yang tak ternilai bagi bangsa Indonesia.
Dalam Al Qur’an, Allah SWT mengingatkan kita untuk tidak mendustakan
nikmat-Nya, bahkan diulang lebih dari 30 kali. Fabi ayyi aalaai
rabbikuma tukadzdzibaan (Maka, nikmat Tuhan mana lagi yang kalian
dustakan) ?” , ujar Jenderal bintang dua yang tepat satu pekan dilantik sebagai
Kapolda Metro Jaya.
Dia menyebutkan, beberap negara seperti Afghanistan, Irak, Mesir
hingga Suriah yang jumlah etniknya tidak sebanyak Indonesia namun selalu
dilanda konflik horizontal, antar suku dan ras. Indonesia memiliki perekat yang
tidak dimiliki bangsa dan negara lain, yaitu ideologi Pancasila, Pembukaan UUD
1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika.
Ormas Nahdhatul Ulama yang lahir sebelum kemerdekaan Indonesia
turut mewarnai dan andil besar dalam menjaga keutuhan dan keharmonisan bangsa.
Konsep Islam Moderat atau Islam Pertengahan (Islam Wasathiyah) yang
dianut organisasi bentukan hadharatus syaikh kyai haji Hasyim
Asy’ari menjadikan Islam di Indonesia model bagaimana Islam yang ramah dan
rahmatan lil alamin.
Momentum Hari Lahir NU ke 93 ini bertepatan dengan tahun dimana
bangsa Indonesia menggelar hajat nasional, yaitu pemilihan umum untuk memilih
anggota legislatif dan presiden serta wakil presiden. Para ulama NU dan jamaah
NU memiliki peran strategis untuk menjaga agar proses pesta demokrasi berjalan
sejuk dan damai, tanpa hoaks dan ujaran kebencian.
“Jangan sampai bangsa
yang rukun dan harmonis ini terpecah dan bermusuhan karena momen Pemilu dan
Pilpres. Para Ulama, khususnya kalangan nahdhiyin memiliki peran besar untuk
ikut mewujudkan agar Pemilu 2019 berjalan aman damai dan sejuk, “ujar Gatot
Eddy.
Kapolda juga mengingatkan adanya ancaman stabilitas keamanan dan
disintegrasi bangsa yang disebabkan munculnya paham-paham radikal, penggunaan
politik identitas hingga pengaruh ideologi asing yang mungkin tidak senang
dengan kerukunan dan kemajuan bangsa Indonesia.
Dalam kalimat penutupnya, Gatot Eddy mengutip kata-kata dari
Bung Karno, “Kalau jadi Hindu, jangan jadi orang India. Kalau jadi Islam,
jangan jadi orang Arab. Kalau jadi Kristen, jangan jadi orang Yahudi. Tetaplah
jadi orang Indonesia dengan adat budaya Nusantara yang kaya raya ini”. (arief Yuswandono/Ka.Brand
Image Polri & Partnership BINs )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar